Chat at Skype with Charaka Azwar!
me :all those days
watching from the windows.
all those years
outside looking in.
all that time
never even knowing.
just how blind I've been, now I'm here.
blinking in the starlight, now I'm here.
suddenly I see, standing here.
it's oh, so clear I'm where I'm meant to be.
and at last I see the light.
and it's like the fog has lifted.
and at last i see the light, and it's like the sky is new.
and it's warm and real and bright and the world has somehow shifted.
all at once, everything looks different.
now that I see you.
Charaka :all those days, chasing down a daydream.
all those years, living in a blur.
all that time, never truly seeing.
things, the way they were.
now she's here, shining in the starlight.
now she's here, suddenly I know.
if she's here.
it's crystal clear, I'm where I'm meant to go.
Skype, march 19th, 2011 at 7 p.m ♥
damn all these!
pemberontakan aku segelegar petir pun tidak akan mampu mengubah segalanya menjadi keadaan yang lembut, ini akan selalu menjadi kekerasan hati yang akan selalu membeku dan tidak akan pernah mencair.
sungguh aku membencinya, sampai aku muak atas semuanya.
aku dapat sangat mencintaimu sampai rasanya ingin membunuhmu, sepenuh hatiku. seperti kegelapan katakan.
aku sering kali menggemas ketika melihat tingkah yang membuat aku ingin menyapu keadaan ini seperti sampah yang berserakan di kepalaku.
menjijikan, sangat menjijikan!
sekalipun aku akan berbicara kepadamu, tidak akan aku lakukan sebagaimana raja yang mengajak aku menjadikan kaisar.
jika raja itu kamu, aku tidak pernah mau jadi ratu dalam keadaan ini.
biar aku menjadi rakyat, sejelata apapun itu yg pasti aku tidak berdampingan denganmu.
hal ini seperti api yang membenci air.
begitupun salju membenci matahari.
seperti aku menbenci keadaan ini semuuaaa.
Ketika Semuanya Tiba
Kini, ketika masa pun berputar ketika semuanya hilang dalam sekejap, tanpa nama yang tertinggal apalagi benda berharga.
Luna hanya dapat tertunduk dengan cambukan keras di hatinya, sesuatu yang mendalam yang tidak pernah orang ketahui bagaimana rasa ini dalam arti sebenarnya.
Charaka yang kini tidak tertinjau oleh kasat mata, bahkan untuk meninggalkan jejak kakinya saja.
Mungkin hanya kenangan yang bisa mengubah perasaanya, ketika semuanya harus kembali seperti kosong! Tidak mengenal dan tidak mengerti.
Kali ini dimasa terakhirnya Luna berusaha keras meraih mimpinya, disini, bersamanya. Malah, terasa berat.
Charaka yang sama sekali tidak dapat tersentuh atau terlihat dalam kejapan mata saja.
Luna harus melupakan itu semua, karena semuanya sudah berakhir, sudah tidak ada artinya dimatanya.
Sekarang hanya dirinya yang dapat mengubah semuanya ketika semuanya sudah terlambat.
Luna sudah jatuh dalam lubang hitam yang merusak pikirannya. Ketika dia harus selalu melihat sesuatu yang berat untuknya.
'Sebesar apapun tekadku, hanya satu kelak yang akan aku raih kebahagian itu. Ketika semuanya telah tiada, aku akan meniadakan serpihan ini.
Ketika semuanya harus terlihat, aku harus kembali menutupinya. Aku tidak akan meneteskan satu air matapun! Sekalipun dalam hal apapun ketika aku harus menangis aku harus dapat tersenyum pasrah!
Karena aku gagal'
Saat Usaha itu menjadi Arang
Masih terbesit lingkaran kenangan yang selalu tersirat didalam pikirannya. Entah, kenapa aku harus mengetahui jika dia telah berbeda. Luna pun menyadari bahwa, semuanya akan berbeda ketika waktupun terus berjalan.
Luna masih tidak percaya apa yang harus dia alami, bukan penyesalan yang kali ini ada dalam dirinya. Rasa malu yang besar terbesit dalam pikirannya, bahwa apa yang telah dia rasakan tidak akan dapat kembali
Luna tersadar bahwa dirinya bukan apa-apa yang dapat mengubah segalanya dengan mudah.
Aku hanya dapat mencoba ketika semuanya tidak dapat bertahan! Ketika aku tidak dapat menahan semua ini, ku lenyapkan saja!
Rasa-rasanya mustahil ketika birunya laut sudah menjadi samudra!
Terlambat untuk menjelaskan. Akankah Charaka kembali? Aku tidak tahu, jika ruang pun sudah berbeda, terkikis juga nama Luna! Aku sudah mengetahuinya, aku hanya segelintir manusia yang diciptakan untuk dilenyapkan juga.
Tapi lebih menyakitkan apabila aku tidak melakukan apa-apa untuk hidupku yang tidak ada jelasnya kapan hidupku berakhir.
Aku akan mengikuti alur yang akan aku tuju. Secarik kertas itu akan menghampiriku.
Paradoks!
Charaka sudah melewatinya tetapi tetap saja tidak terlihat.
Setahun kedepan mungkin aku akan menghabiskan waktu bersamanya kembali. Kadang rasanya menyakitkan ketika aku menjadi orang asing.
Sesekali Charaka melihat dunia, tetapi seakan Luna-lah hal yang tidak terpenting.
Seharusnya Charakan tidak usah repot-repot dilahirkan! Terbesit dalam pikiran Luna.
Jika saja Luna tahu Charaka datang hanya untuk angin lewat, untuk Luna dan mempermainkan hidupnya.
Luna pikir, mungkin hanya sampai di ujung putih abu-abu ini, tetapi tidak! Mereka akan bersama.
Bahagia, muak menjadi satu! Jika saja Charaka tahu dampak yang telah dia lakukan kepadanya mengalami dampak yang lebih dari sangat buruk.
Luna hanya dapat membahagiakan dirinya sendiri dari beberapa paradoks yang orang lain tidak ketahui.
Luna hanya mencoba ketika saja dia tidak akan lagi, dia telah membahagiakan dirinya.
Harmoni dalam Cinta
Suara dawai gitar terdengar dari kejauhan, di Eropa ini sesekali aku melewati jalan ini terdengar suara classic yang selalu membuat hati termangu sejenak. Pagi-pagi sekali Luna sudah berkeliaran di jalanan, mengejar kerja part time untuk memenuhi sekolahnya di Perancis. Disini, biasanya sepagi ini belum ada yang terbangun untuk mengerjakan hal-hal apapun. Tiba-tiba saja suara dawai itu terhenti, malah terdengar suara hentakan kaki yang menghampiri. Aku menoleh hanya untuk mengetahui siapa orang yang setiap kali membuat diri ini nyaman disini.
Belum menoleh, tiba-tiba saja sebuah biola terlihat dari pelipis mata. Tidak salah lagi, aku pun langsung menoleh siapa orang ini.
'Mainkan sesuatu untukku dengan sering kalinya aku memainkan sesuatu untukmu termasuk pagi ini.' Charaka menggumam
'Bagaimana...?' Luna terlihat kewalahan.
'Terserah, itu terserah kamu, seperti sebebas aku memainkan kamu' celetuknya
Ish itu dalam banget, akhirnya Luna pun terpancing emosinya.
'Beda! Aku sama kamu beda, kamu bisa memainkan gitar kenapa aku harus memainkan biola untuk kamu' gumamnya dengan sedikit kesal
'Oh, memang! Aku cuma basa-basi biar belajar sedikitnya menghargai kamu' di lanjutkannya dengan kepergian Charaka yang membuatnya sedikit memerah seperti api yang membara.
Sial! Luna pun menendang tempat duduknya itu, tapi tidak terguncang sama sekali, dia memukul-mukul bangku itu kesal! Luna pun berlari-lari mengelilingi bangku itu tetapi rasa-rasanya perasaan ini semakin tidak nyambung dengan kenyataan.
Luna memutuskan membawa biola itu pulang. Sebenarnya bisa saja aku memainkan ini untuknya, memainkan biola seperti memainkan musik pada radio, atau televisi. Dan itu tidak sulit, hanya saja aku tidak mau bahwa aku benar-benar hebat.
Di rumahnya, Luna memainkan biolanya. Gesekan demi gesekan terdengar dari kejauhan. Luna seperti sangat menikmati setiap suara yang keluar dari dawai. Tidak lama kemudian iringan musik gitar acustic terdengar seperti mengiringi lagu yang Luna mainkan. Luna pun tetap memainkan biola tersebut, semakin terasa alunan musik itu.
Luna tetap memainkan biolanya sambil melihat ke jendela, terlihat sosok lelaki duduk dengan serius memperhatikan gitarnya. Luna pun turun dari kamarnya menghampiri lelaki itu.
'Heh, gausah ganggu deh. Ngapain juga kamu disini?' Luna menampak seperti orang yang tidak suka
'Tetapi kamu senengkan? Lagian itu urusan saya, hidup saya.' Charak tetap memandang gitarnya. Luna tidak tahu harus menjawab apa. Luna pun kembali masuk, dan merebah di kasur sambil merasakan perasaan apa yang dilandanya. Tidak aneh, seperti biasanya.
Belum menoleh, tiba-tiba saja sebuah biola terlihat dari pelipis mata. Tidak salah lagi, aku pun langsung menoleh siapa orang ini.
'Mainkan sesuatu untukku dengan sering kalinya aku memainkan sesuatu untukmu termasuk pagi ini.' Charaka menggumam
'Bagaimana...?' Luna terlihat kewalahan.
'Terserah, itu terserah kamu, seperti sebebas aku memainkan kamu' celetuknya
Ish itu dalam banget, akhirnya Luna pun terpancing emosinya.
'Beda! Aku sama kamu beda, kamu bisa memainkan gitar kenapa aku harus memainkan biola untuk kamu' gumamnya dengan sedikit kesal
'Oh, memang! Aku cuma basa-basi biar belajar sedikitnya menghargai kamu' di lanjutkannya dengan kepergian Charaka yang membuatnya sedikit memerah seperti api yang membara.
Sial! Luna pun menendang tempat duduknya itu, tapi tidak terguncang sama sekali, dia memukul-mukul bangku itu kesal! Luna pun berlari-lari mengelilingi bangku itu tetapi rasa-rasanya perasaan ini semakin tidak nyambung dengan kenyataan.
Luna memutuskan membawa biola itu pulang. Sebenarnya bisa saja aku memainkan ini untuknya, memainkan biola seperti memainkan musik pada radio, atau televisi. Dan itu tidak sulit, hanya saja aku tidak mau bahwa aku benar-benar hebat.
Di rumahnya, Luna memainkan biolanya. Gesekan demi gesekan terdengar dari kejauhan. Luna seperti sangat menikmati setiap suara yang keluar dari dawai. Tidak lama kemudian iringan musik gitar acustic terdengar seperti mengiringi lagu yang Luna mainkan. Luna pun tetap memainkan biola tersebut, semakin terasa alunan musik itu.
Luna tetap memainkan biolanya sambil melihat ke jendela, terlihat sosok lelaki duduk dengan serius memperhatikan gitarnya. Luna pun turun dari kamarnya menghampiri lelaki itu.
'Heh, gausah ganggu deh. Ngapain juga kamu disini?' Luna menampak seperti orang yang tidak suka
'Tetapi kamu senengkan? Lagian itu urusan saya, hidup saya.' Charak tetap memandang gitarnya. Luna tidak tahu harus menjawab apa. Luna pun kembali masuk, dan merebah di kasur sambil merasakan perasaan apa yang dilandanya. Tidak aneh, seperti biasanya.
Its my life
Hidup itu beputar, dan memang selalu seperti itu. Jika saja kamu tau perubahan rotasi hatiku terhadap kamu, bagaimana revolusi hati ini berganti musim kelain hati. Cuma satu yang membuat terkesan dalam otakku, cuma kamu. Luna menyesali pikirannya itu yang hingga masih membayangi hari-harinya. Setiap kali memikirkan hal itu Luna bisa tertawa, menangis sendiri dengan tidak jelas. Sikap Luna memang aneh dari luar maupun dalam. Untung saja sifat memalukan itu bisa tertutupi dengan sikap kesehariannya yang memang sudah begitu. Mungkin Charaka juga tidak mengetahui sampai tidak mengerti apa yang Luna selalu rasakan. Bagi Luna, Charaka adalah teman, musuh, lawan terbaiknya. Kadang bisa membuat bahagia, kesal, dan memicu semangat. Dan semuanya berkesan. Luna entah mengapa bisa begini, Luna pun tidak menginginkan hal ini semuanya ini salah Charaka yang sudah menggores kehidupannya. Bagaimana sebuah mobil yang di pepet tidak lecet juga. Itu juga sama dengan yang Luna rasakan. Semua terasa mengerikan ketika semuanya sulit untuk di hindari. Sekarang Shinta dan Jojo sudah menjadi artis dadakan, dan itu semua sudah menunjukan bahwa Luna sudah terlambat. Walaupun tidak kata untuk terlambat, tapi memang kenyataannya sampai sekarang Luna belum bisa berpindah hati. Haduh dikit-dikit galau, dikit-dikit guling-guling, jingkrak-jingkrak, dan mengesalkan saat mengingat hal itu seperti orang bodoh saja. Memang kenyataan sekarang Charaka berada di atas peringkat Luna, Charaka berjaya sedangkan Luna hanya bisa iri dengan semua yang dilakukan Charak. Dan ketika semua itu terlihat memuakan.
A shoulders to cry on
Life is full of lots of up and downs.
And the distance feels further when u're headed for the ground, and there is nothing more painful than to let feelings take u down.
It's so hard to know the way u feel inside.
When there's many thoughts n feelings that u hide, but u might feel better if u let me walk with u by your side.
And when u need a shoulder to cry on, when u need a friend to rely on, when the whole world is gone, u won't be alone, cause I'll be there, I'll be ur shoulder to cry on, I'll be there, I'll be a friend to rely on, when the whole world is gone, u won't be alone, cause I'll be there.
All of the times when everything is wrong, and u're feeling like, there's no use going on.
U can't give it up, i hope u work it out and carry on, side by side, with u till the end, I'll always be the one to firmly hold ur hand, no matter what is said or done.
Our love will always continue on.
And the distance feels further when u're headed for the ground, and there is nothing more painful than to let feelings take u down.
It's so hard to know the way u feel inside.
When there's many thoughts n feelings that u hide, but u might feel better if u let me walk with u by your side.
And when u need a shoulder to cry on, when u need a friend to rely on, when the whole world is gone, u won't be alone, cause I'll be there, I'll be ur shoulder to cry on, I'll be there, I'll be a friend to rely on, when the whole world is gone, u won't be alone, cause I'll be there.
All of the times when everything is wrong, and u're feeling like, there's no use going on.
U can't give it up, i hope u work it out and carry on, side by side, with u till the end, I'll always be the one to firmly hold ur hand, no matter what is said or done.
Our love will always continue on.
The winner take its All
I dont wanna talk, about the things we've gone through.
Though it's hurting me, now it's history.
I've played all my cards, and that's what you've done too.
Nothing more to say.
No more ace to play.
The winner takes it all, A loser standing small.
Beside the victory, that's her destiny.
I was in ur arms, thinking I belonged there.
I figured it made sense.
Building me a fence!
Building me a home!
Thinking I'd be strong there, but I was a fool, playing by the rules.
The gods may throw a dice, their minds as cold as ice.
And someone way down here, loses someone dear.
The winner takes it all. The loser has to fall.
It's simple and it's plain. Why should I complain?
The judges will decide, the likes of me abide.
Spectators of the show, always staying low.
The game is on again, A lover or A friend.
A big thing or A small, The winner takes it all.
The Truth About Forever: Kebencian Membuatmu Kesepian
Seberapa berharga sih satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tak ada harganya.
Tapi tunggu sampai kau sadar waktumu hampir habis. Tik. Kau ingat selama ini jarang beramal. Tik. Kau teringat mimpi-mimpi yang nggak sempat kau wujudkan. Tik. Kau sadar nggak cukup menyayangi keluarga dan teman-temanmu. Tik. Tik. Tik. Kau panik, takut menyia-nyiakan lebih banyak waktu lagi.
Yogas merasa demikian ketika divonis nggak akan berumur panjang. Tapi bukannya memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya, dia malah diam-diam pergi ke Yogyakarta. Kedatangannya ke sana nggak lain untuk balas dendam kepada orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas semua ini. Bahkan kalau perlu, mati bersama.
Saat itulah cinta datang. Memberi pengharapan, membuatnya merasakan setitik kebahagiaan di dalam kelam hidupnya. Dan sekarang, keputusan itu ada di tangan Yogas. Karena cinta dan benci nggak akan pernah akur.
Jadi, Yogas..., pilih yang mana? Sementara kamu berpikir.... Tik.
Daun yang jatuh tidak pernah membenci Angin.
Benar-benar tak ada lagi skenario: dia tahu aku mencintainya, dan dia mencintaiku. perasaannya sudah sejelas bintang dilangit. asumsi apa lagi yg akan aku pakai untuk mendukung harapan itu? orang2 yg sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. mencari2 pnjelasan yg membuat hatinya senang. tetapi aku sudah memutuskan untuk memilah mana simpul yg nyata serta mana simpul yg hanya berasal dari ego mimpiku. dan itu tdk sulit, sepanjang aku berpikir rasional. dia tdk pernah mencintaiku. tidak pernah.
itu fase baru dalam perkembangan perasaanku padanya. fase penerimaan yg indah. meskipun esok lusa tabiatku d 'kampus', keseharian, dan lain sebagainya langsung berubah lagi. tingkah lalu yg menyimpan paradoks. semakin sadis. rasialis? peduli amat.
aku mendesahkan sesuatu. situasi mulai memburuk.
malam berikutnya. e-mail berikutnya.
itulah kesimpulan yg kupaksakan. kesimpulan yg buat luntur wajah menyenangkanku. kesimpulan yg mengubah perangaiku. mengubah semuanya.
tetapi malam ini aku justrus mengatakan kalimat itu. dengan sebuah pertanyaan iya dan tidak. aku tak mengerti secepat ini pembicaraan menuju jantung permasalahan. aku tak mengerti.
cinta tak harus memiliki. tak ada yg sempurna dalam kehidupan ini. dia memang amat sempurna. tabiatnya, kebaikannya, semuanya. tetapi dia tidak sempurna.
diam. senyap.
dia membisikan sesuatu.
desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linde. jatuh diatas rambutku. aku memutuskan pergi.
jarak kami hanya selangkah.
Sebenarnya penjelasan yang lebih baik adalah karena aku sering kali berubah pikiran. Semuanya menjadi absurd. Bukan ragu2 atau plintat plintut, tetapi karena memang itulah tabiat burukku sekarang, berbagai paradoks itu. Bilang iya tetapi tidak. Bilang tidak, tetapi iya. Terkadang iya dan tidak sudah tak jelas lagi perbedaannya.
itu fase baru dalam perkembangan perasaanku padanya. fase penerimaan yg indah. meskipun esok lusa tabiatku d 'kampus', keseharian, dan lain sebagainya langsung berubah lagi. tingkah lalu yg menyimpan paradoks. semakin sadis. rasialis? peduli amat.
aku mendesahkan sesuatu. situasi mulai memburuk.
malam berikutnya. e-mail berikutnya.
itulah kesimpulan yg kupaksakan. kesimpulan yg buat luntur wajah menyenangkanku. kesimpulan yg mengubah perangaiku. mengubah semuanya.
tetapi malam ini aku justrus mengatakan kalimat itu. dengan sebuah pertanyaan iya dan tidak. aku tak mengerti secepat ini pembicaraan menuju jantung permasalahan. aku tak mengerti.
cinta tak harus memiliki. tak ada yg sempurna dalam kehidupan ini. dia memang amat sempurna. tabiatnya, kebaikannya, semuanya. tetapi dia tidak sempurna.
diam. senyap.
dia membisikan sesuatu.
desau angin malam menerbangkan sehelai daun pohon linde. jatuh diatas rambutku. aku memutuskan pergi.
jarak kami hanya selangkah.
Sebenarnya penjelasan yang lebih baik adalah karena aku sering kali berubah pikiran. Semuanya menjadi absurd. Bukan ragu2 atau plintat plintut, tetapi karena memang itulah tabiat burukku sekarang, berbagai paradoks itu. Bilang iya tetapi tidak. Bilang tidak, tetapi iya. Terkadang iya dan tidak sudah tak jelas lagi perbedaannya.
Langganan:
Postingan (Atom)